Laporan Analisis Industri Kreatif Kabupaten Demak

Latar Belakang
Kabupaten Demak memiliki potensi ekonomi kreatif yang besar terutama dalam sektor usaha mikro dan budaya lokal. Sebanyak 95% pelaku usaha termasuk dalam kategori usaha mikro dengan omzet di bawah 300 juta rupiah per tahun. Selain itu, kekayaan budaya seperti ritual Grebeg Suro dan keberadaan situs bersejarah makam Wali Songo menjadi daya tarik wisata budaya. Ritual-ritual ini tidak hanya memiliki nilai spiritual tetapi juga ekonomi, karena menarik kunjungan peziarah dari berbagai daerah yang menciptakan peluang bagi pengembangan industri kreatif berbasis budaya seperti suvenir, kuliner khas, dan pertunjukan seni tradisional. Akan tetapi, pengembangan sektor tersebut masih terkendala oleh berbagai tantangan seperti rendahnya tingkat intelektualitas dan kesadaran masyarakat akan pentingnya inovasi bisnis, keterbatasan akses pasar, serta kurangnya infrastruktur sosial yang mendukung industri kreatif.
Untuk menjawab tantangan tersebut, riset ini dilakukan untuk melihat lebih jauh bagaimana permasalahan yang dihadapi Kabupaten Demak yang berdampak pada kendala pengembangan industri kreatif. Penelitian ini berinisiatif untuk menganalisa masalah umum, masalah kunci, dan analisis kebutuhan masyarakat Kabupaten Demak untuk kemudian dikaitkan dengan potensi industri kreatif yang dapat dikembangkan di Demak.
Tujuan Riset
Riset ini memiliki 5 tujuan utama yang tertuang dalam 5 pertanyaan penelitian:
- Bagaimana pola umum permasalahan di Kabupaten Demak?
- Apa masalah kunci yang dihadapi Kabupaten Demak?
- Berdasarkan pola permasalahan yang ditemukan, bagaimana pola kebutuhan masyarakat Kabupaten Demak?
- Bagaimana potensi industri kreatif di Kabupaten Demak?
- Bagaimana sektor swasta dan masyarakat sipil dapat memaksimalkan potensi industri kreatif di Kabupaten Demak?
Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan Qualitative dan Desk Research dengan menggunakan data dari laporan resmi pemerintah dan BPS, artikel pemberitaan, dan paper ilmiah. Data yang diambil berfokus pada rentang 5 tahun terakhir.
Pola Umum Permasalahan Demak
Transisi Masyarakat Agraris menjadi Masyarakat Industri
Hasil pengolahan data yang berasal dari Jurnal, laporan ilmiah, serta pemberitaan dalam jangka waktu 5 tahun terakhir, ditemukan bahwa Kabupaten Demak adalah Kabupaten yang tengah berada dalam masa transformasi sosial. Dari masyarakat yang bergantung pada alam sebagai mata pencaharian (seperti bertani dan tambak), menjadi masyarakat yang menjual ekonomi berbasis karya kreatif. Hal ini dipengaruhi oleh masalah lingkungan yang terjadi secara akumulatif di Kabupaten Demak seperti banjir, kenaikan air laut, dan lain-lain.
Berdasarkan data yang ditampilkan di bawah, terlihat bahwa permasalahan Kabupaten Demak berfokus pada masalah lingkungan (Environment) dan upaya pengembangan Industri Kreatif dengan melakukan pengembangan Human Capital melalui berbagai jenis pelatihan. Hal ini menandakan adanya upaya keras dari Pemerintah Kabupaten Demak untuk menjalankan transisi masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
Masalah Kunci Kabupaten Demak
Kerusakan Alam yang Berimbas pada Ekonomi
Dilihat dari jenis permasalahannya, Kabupaten Demak banyak menghadapi masalah lingkungan yang berimbas pada pertumbuhan ekonomi daerah. Banjir, abrasi, erosi, dan sebagainya telah mengakibatkan perubahan pola hidup masyarakat di sana yang notabene bergantung pada sumber daya alam. Ditambah dengan tingkat pendidikan yang mayoritas SD, masyarakat Demak sulit bersaing untuk hidup dari ekonomi kreatif.
Hal tersebut terpapar dalam temuan data penelitian seperti yang muncul pada grafik di bawah ini:
Lemahnya Kesadaran Sosial
Terdapat beberapa permasalahan sosial yang menjadi temuan dalam riset ini. Seluruh permasalahan tersebut, akan tetapi, dapat diasumsikan sebagai muara dari kurangnya kesadaran masyarakat Kabupaten Demak tentang hidup yang lebih baik, seperti:
- Lemahnya kesadaran akan pendidikan tinggi;
- Lemahnya kesadaran akan kesehatan;
- Lemahnya kesadaran akan krisis iklim.
Analisis Kebutuhan Kabupaten Demak
Melihat pola kebutuhan yang disuarakan, terlihat bahwa masyarakat Kabupaten Demak sebetulnya membutuhkan berbagai hal yang berhubungan dengan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia agar tidak terlalu bergantung pada alam sebagai sumber penghidupan. Kebutuhan seperti exposure ekonomi kreatif, mitigasi bencana, optimasi pesantren, pengembangan SDM, sampai dengan pengembangan budaya religi selalu dapat dikaitkan dengan peningkatan kapasitas manusia di Demak.
Analisis Potensi Industri Kreatif
Upaya untuk mengembangkan Industri kreatif masih berfokus pada peningkatan human capital seperti pelatihan dan seminar. Pemerintah juga berupaya memperluas pasar dan meningkatkan kapasitas SDM dengan melakukan kolaborasi aktif bersama berbagai aktor. Akan tetapi, kolaborasi yang dimaksud masih belum dilakukan secara maksimal. Terbukti dengan mayoritas kegiatan yang dilakukan masih sebatas menggandeng komunitas masyarakat sipil (G2C atau Government to Community) seperti Karang Taruna. Pemerintah Kabupaten Demak beserta DPRD setempat belum banyak melakukan terobosan kreatif (produk hukum) yang dapat meningkatkan daya saya industri kreatif Demak. Optimasi BUMDES sebagai satuan usaha milik pemerintah yang ada di tataran paling bawah pun belum mampu dimanfaatkan dengan baik.
Peran Sektor Swasta dan Masyarakat Sipil
Sektor swasta dan masyarakat sipil dapat memaksimalkan potensi industri kreatif dengan 3 pola pendekatan:
Pembangunan Infrastruktur Sosial
Swasta dan masyarakat sipil dapat mengambil peranan aktif membentuk wadah berupa komunitas kreatif untuk berbagi ilmu dan pengalaman serta kerjasama strategis dengan memanfaatkan platform teknologi untuk pemasaran. Pendekatan ini mencakup pengembangan pariwisata berbasis ritual lokal yang dapat mereka kelola.
Penguatan Kapasitas Pelaku Industri Kreatif
Sebagai contoh, dapat melakukan pelatihan yang bersifat praktis dan aplikatif ataupun berbagai jenis kompetisi yang bisa dibina melalui pola inkubasi bisnis.
Kemitraan Pendanaan
Dapat dikelola melalui pemanfaatan dana CSR dan hibah internasional untuk pengembangan industri kreatif di Demak.
Skema Pengembangan Industri Kreatif
Infrastruktur Sosial
A. Pembentukan Demak Creative Forum (DCF)
- Mewadahi komunitas kreatif, pelaku usaha, dan akademisi untuk berbagi ilmu dan pengalaman.
- Mengadakan kegiatan rutin seperti workshop, pelatihan digital marketing, dan pameran produk kreatif.
B. Peningkatan Akses terhadap Pasar Digital
- Pemerintah daerah bekerjasama dengan platform e-commerce untuk memfasilitasi UMKM lokal.
- Pelatihan dan mentoring tentang digital branding dan pemasaran online.
C. Pengembangan Pariwisata Budaya berbasis Ritual Lokal
- Membuat paket wisata kreatif yang menggabungkan ritual budaya dengan pengalaman ekonomi kreatif (misalnya, bazar suvenir, kuliner khas, dan pertunjukan seni).
- Membangun jejaring dengan agen perjalanan dan influencer untuk mempromosikan wisata Demak berbasis budaya.
Penguatan Kapasitas Pelaku Industri Kreatif
A. Pelatihan Berbasis Kebutuhan
- Pelatihan digital marketing yang lebih praktis dan aplikatif.
- Pengenalan strategi pengemasan produk yang menarik untuk pasar nasional dan internasional.
B. Pendampingan dan Inkubasi Bisnis
- Kerjasama dengan universitas dan akademisi dalam riset pengembangan produk.
- Mentoring dari pengusaha sukses dalam industri kreatif.
- Pemberdayaan komunitas lokal dalam pengelolaan ritual budaya sebagai aset ekonomi.
Kemitraan dan Pendanaan
A. Optimasi Program CSR dari Perusahaan Swasta
- Menghubungkan komunitas kreatif dengan perusahaan swasta untuk mendapatkan pendanaan melalui CSR (bisa diperankan oleh DCF).
- Program CSR berbasis pelatihan dan pemberdayaan UMKM kreatif.
B. Akses ke Dana Hibah dan Jaringan Internasional
- Mendorong Demak bergabung dengan Unesco Creative City Network (UCCN) untuk mendapatkan hibah pengembangan industri kreatif.
- Mengakses program pendanaan dari kementerian terkait dan lembaga donor internasional.
C. Kolaborasi dengan Institusi Keagamaan dan Budaya
- Mengajak pesantren dan organisasi keagamaan untuk turut serta dalam mengembangkan produk ekonomi kreatif berbasis ritual agama dan budaya.
- Mengembangkan model bisnis sosial yang menghubungkan wisata religi dengan industri kreatif.
Contoh Implementasi Program di Daerah Lain
Kenderan Living Culture Festival
Kenderan Living Culture Festival merupakan program kerjasama antara Universitas Indonesia dan POKDARWIS Kenderan (Kelompok Sadar Desa Wisata).
KLCF adalah program paket wisata selama seminggu dimana pengunjung desa mengikuti program wisata budaya seperti mempelajari sejarah bangunan dan sarkofagus, seminar kebudayaan dan spiritual, serta olahraga seperti yoga dan meditasi. Semua kegiatan dilaksanaan di Desa Kenderan, Bali.
Ide program ini muncul karena keinginan untuk menjadikan wisata budaya dan spiritual sebagai kekuatan utama perekonomian Desa Kenderan.
Pembiayaan Program
Program ini diinisiasi oleh Universitas Indonesia sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dibiayai oleh dana hibah kampus. Program ini juga berhasil mendapatkan sponsor dari Kementerian Pariwisata disamping berbagai perusahaan swasta lainnya yang ikut serta dalam pengembangan program KLCF.
Rekomendasi untuk Kabupaten Demak
Pembentukan Demak Creative Forum
DCF dapat menjadi wadah utama berbagai kegiatan kolaborasi ekonomi kreatif dengan organisasi keagamaan, kebudayaan, swasta maupun pemerintah untuk meningkatkan potensi industri kreatif di Kabupaten Demak. DCF dapat digagas dalam bentuk Perseroan Terbatas atau Yayasan dengan tujuan agar dapat mengakses dana hibah atau CSR.
Pengembangan Wisata Religi
Pengembangan pariwisata religi seperti ziarah Wali Songo dapat diberdayakan dengan program kegiatan semacam festival budaya dengan menampilkan berbagai potensi ekonomi kreatif lainnya yang dimiliki Kabupaten Demak.
Tim Peneliti
Bimantoro Kushari Pramono, M.Sos.
Koordinator Peneliti
Fahmi Fahrurroji, M.Sos.
Peneliti
Tsuroyya Maulida Muhtar
Asisten Peneliti